Styrofoam banyak digunakan untuk mengemas makanan. Penggunaan styrofoam tersebut sangat praktis dan murah, sehingga banyak dipilih. Akan tetapi, banyak dinyatakan bahwa ada efek kontaminasi dari styrofoam yang berbahaya untuk kesehatan. Pernahkah kamu berpikir apakah ini benar berisiko? Yuk, cari tahu mitos atau faktanya melalui penjelasan berikut.
Bahaya Styrofoam dari Bahan Dasarnya
Wadah styrofoam yang sudah banyak dipakai di berbagai negara ini sudah dilarang pemakaiannya di San Fransisco dan Seattle di Amerika Serikat. Pelarangan ini karena styrofoam menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Apa sebabnya?
Faktanya, styrofoam mengandung berbagai zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan. Beberapa di antaranya adalah styrene dan benzene yang terbukti menyebabkan kanker. World Health Organization juga menyatakan bahwa benzene merupakan zat kimia karsinogenik. Styrene tidak jauh berbeda dengan benzene, sehingga berdampak buruk untuk kesehatan.
Risiko Menggunakan Styrofoam
Jika styrene dan benzene dalam styrofoam tersebut berinteraksi dengan bahan makanan, maka akan berbahaya. Hal tersebut dikarenakan ada kontaminasi zat kimia dalam styrofoam. Mengonsumsi makanan yang dikemas atau disajikan dengan wadah styrofoam memang berisiko untuk kesehatan dalam jangka panjang. Risiko berikutnya adalah ketidakseimbangan hormon yang berdampak buruk pada kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan UCLA Health, plastik styrofoam bisa terurai menjadi mikroplastik. Makanan panas yang disimpan dengan bahan tersebut dapat terkontaminasi oleh mikroplastik yang bisa masuk ke sistem pencernaan manusia.
Paparan styrene juga meningkatkan risiko penyakit jantung. Hal tersebut karena styrene memengaruhi fungsi pembuluh darah dan jantung. Gangguan pada sistem saraf juga dimungkinkan bisa terjadi.
Perpindahan Bahan Kimia dari Styrofoam ke Makanan
Benar ada kontaminasi dari bahan kimia penyusun styrofoam ke dalam makanan. Kontaminasi tersebut terjadi karena adanya perantara yang menyebabkan perpindahan zat kimia tersebut ke makanan, berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Suhu Makanan
Semakin tinggi suhu makanan yang ditempatkan dalam styrofoam, maka semakin mudah zat styrene berpindah ke makanan. Oleh karena itu, hindarilah pemakaian styrofoam untuk mengemas makanan, terlebih makanan panas. Jangan pula gunakan styrofoam untuk memanaskan makanan atau menyimpan makanan dalam suhu tinggi.
Lama Kontak dengan Makanan
Semakin lama kamu menyimpan makanan di dalam styrofoam, maka semakin memungkinkan perpindahan zat kimia ke dalam makanan, sehingga berbahaya untuk kesehatan. Jadi, lama kontak memengaruhi intensitas perpindahan zat kimia ke dalam makanan.
Tingginya Lemak Makanan
Makanan yang berlemak tinggi akan memperoleh lebih banyak kontaminasi styrene dibandingkan makanan yang lemaknya sedikit. Meskipun demikian, para ahli belum mengetahui pasti mengapa lemak makanan memengaruhi perpindahan styrene ke dalam makanan.
Apakah Wadah Styrofoam Masih Boleh Digunakan?
Styrofoam yang terbukti berbahaya sebagai tempat makanan, memang harus diperhitungkan penggunaannya. WHO menyatakan bahwa styrene tidak berbahaya untuk kesehatan jika tidak melebihi 5.000 ppm di dalam tubuh. Kemasan makanan dari styrofoam yang sering dipakai ternyata hanya mengeluarkan styrene sekitar 0,05 ppm. Dengan demikian, Badan Pengawasan Obat Indonesia menyatakan jika styrofoam masih aman dipakai untuk wadah makanan. Meskipun begitu, sebaiknya tidak menggunakannya terlalu lama, terutama untuk menyimpan makanan panas dan banyak mengandung lemak.
Itulah penjelasan mengenai pro kontra penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan. Meskipun pada dasarnya aman, penggunaan styrofoam dapat dibatasi untuk meminimalisir risiko. Boleh saja membeli makanan yang dikemas dengan styrofoam, namun jangan menggunakannya sebagai wadah untuk memanaskan makanan karena lebih berisiko.