Mengenal Norovirus, Si Penyebab Foodborne Illness

Tentunya jika membicarakan tentang foodborne illness maka biasanya selalu identik dengan bakteri seperti Salmonella, Clostridium, dan Staphylococcus aureus. Mulai dari diare ringan hingga kerusakan serius pada organ manusia seperti hati dan ginjal, bahkan menyebabkan kematian. Tapi selain itu, terdapat satu jenis virus yang juga dikenal sebagai penyebab foodborne illness, yaitu Norovirus. Yuk, simak seperti apa virus ini.

Jenis

Norovirus merupakan virus dsRNA yang memiliki setidaknya 25 genotipe, terutama dari genogroup I (GI) dan genogroup II (GII). Termasuk dalam golongan Caliciviridae yang hanya memiliki satu spesies yaitu Norwalk virus. Beberapa kelompok seperti anak kecil, wanita hamil, lansia, dan orang dengan penyakit tertentu yang mengakibatkan lemahnya sistem imum sangat rentan terhadap virus ini.

Norovirus seringkali disebut mirip dengan Rotavirus, perbedaannya terletak pada orang yang terinfeksi. Rotavirus umumnya menginfeksi bayi dan balita dengan rentang usia 3-35 bulan. Sistem imun yang telah diserang oleh Rotavirus menjadi kekebal seumur hidup terhadap virus tersebut. Berbeda dengan Norovirus yang mampu menginfeksi manusia berulang kali karena kecepatannya dalam bermutasi.

Kasus

norovirus foodborne illness
Foto: Unsplash.com

Di Amerika, Norovirus merupakan penyebab utama foodborne illness, dengan jumlah kasus sekitar 58% dari total kasus yang terjadi. Di China, tingkat kejadian Norovirus adalah 6 kasus per 100 orang/tahun pada populasi umum dan 16 kasus per 100 orang/tahun pada anak ≤ 5 tahun.

Tahun 2014, Komisi Kesehatan Nasional China bahkan mengembangkan Sistem Surveilans Peristiwa Darurat Kesehatan Masyarakat (PHEESS) berbasis web untuk memantau dan menanggapi wabah besar termasuk akibat Norovirus. Pada September 2020, diketahui Tiongkok melaporkan KLB Norovirus dengan melibatkan 1.500 kasus yang terjadi di wilayah provinsi Shanxi.

Menurut WHO (2015), Norovirus menjadi penyebab utama kasus foodborne illness di wilayah Eropa. WHO juga mengkonfirmasi bahwa kasusnya di wilayah Eropa hampir mencapai 15 juta kasus/tahun dan mengakibatkan sekitar 400 kematian. Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian melaporkan sekitar 15,4% dari 91 sampel feses teridentifikasi mengandung Norovirus.

Gejala

Gejala umum dari orang yang terkontaminasi Norovirus adalah diare, mual, muntah, sakit kepala, demam, sakit kepala, nyeri tubuh hingga inflamasi usus (gastroenteritis akut). Biasanya gejala mulai terlihat 12-48 jam setelah terpapar virus. Orang yang terinfeksi juga bisa mengalami dehidrasi akibat diare terus-menerus, hal ini rentan terjadi khususnya pada anak-anak, lansia atau orang dengan sistem imun lemah.

Penularan

Norovirus foodborne illness
Foto: Unsplash.com

Norovirus bersifat sangat menular bahkan bisa menyebabkan wabah sporadis, biasanya ditularkan melalui jalur feses-oral. Seseorang bisa terinfeksi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, menyentuh permukaan yang terkontaminasi, ataupun kontak dengan orang yang terinfeksi.

Berbagai jenis makanan telah diidentifikasi sebagai perantara penularan virus ini, diantaranya kerang, buah dan sayuran mentah, serta makanan siap saji. Beberapa kasus penularan terjadi melalui pekerja makanan siap saji yang telah terinfeksi. Buah dan sayuran juga bisa terkontaminasi Norovirus akibat penggunaan air irigasi tercemar atau air limbah.

Di Eropa, beberapa kasus foodborne illness akibat Norovirus diketahui berasal dari buah beri beku yang dijual di pasar internasional. Norovirus juga menjadi tantangan untuk produk kerang dan tiram, khususnya yang tumbuh pada air terkontaminasi. Virus ini bisa terkumpul pada bagian moluska yang berfungsi sebagai penyaring dan kemudian bisa terkonsumsi manusia jika diolah tanpa suhu pemanasan yang cukup.

Pencegahan

norovirus foodborne illness
Foto: Unsplash.com

Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan yaitu menjaga makanan dan tempat pengolahan tetap bersih, serta penerapan personal hygiene. Memisahkan makanan matang dan mentah, penggunaan suhu tinggi saat proses pengolahan, menjaga makanan yang belum ingin dikonsumsi pada suhu rendah, serta yang paling penting yaitu penggunaan air bersih.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti STP

Referensi

Centers for Disease Control and Prevention. 2021. Norovirus. Available online at : https://www.cdc.gov/norovirus/ (diakses pada 24 Mei 2021).

Jin, M., Wu, S., Kong, X., Xie, H., Fu, J., He, Y., Feng, W., Liu, N., Li, J., Rainey, J.J., Hall, A.J., Vinjé, J. 2020. Norovirus Outbreak Surveillance, China, 2016-2018. Journal of Emerging Infectious Diseases, 26: 437-445. 10.3201/eid2603.191183.

Lian, Y., Wu, S., Luo, L., Lv, B., Liao, Q., Li, Z., Raine, J.J., Hall, A.J., Ran, L. 2019. Epidemiology of Norovirus Outbreaks Reported to the Public Health Emergency Event Surveillance System, China, 2014–2017. Journal of Viruses, 11 (342): 1-12. doi:10.3390/v11040342.

Patel, Manish., Hall, Aron., Vinjé, Jan., Parashar, Umesh. 2009. Noroviruses: A comprehensive review. Journal of clinical virology : The official publication of the Pan American Society for Clinical Virology, 44: 1-8. 10.1016/j.jcv.2008.10.009

Rouhani, S., Yori, P.P., Olortegui, M.P., Salas, M.S., Trigoso, D.R., Mondal, D., Bodhidatta, L., Mills, J.P., Samie, A., Kabir, F., Lima, A., Babji, S., Mason, C.J., Kalam, A., Bessong, P., Ahmed, T., Mduma, E., Bhutta, Z.A., Lima, I., Ramdass, R., Lang, D., George, A., Zaidi, A.K.M., Kang, G., Houpt, E., Kosek, M.N. 2016. Norovirus Infection and Acquired Immunity in 8 Countries: Results From the MAL-ED Study. Journal of Clinical Infectious Diseases, 62 (10): 1210–1217. doi: 10.1093/cid/ciw072.

World Health Organization. 2015. Foodborne Viral Disease in The European Region. Guidance: WHO Estimates of the Global Burden of Foodborne Diseases.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.