Alergi dapat diartikan sebagai kondisi seseorang yang memiliki kerentanan abnormal terhadap bahan yang seharusnya ngga menimbulkan reaksi apa-apa. Tapi, pada orang dengan alergi bisa menimbulkan reaksi ekstream bahkan mengancam nyawa.
Beberapa tahun terakhir mulai diteliti terkait manfaat imunoterapi dalam mengendalikan alergi makanan, seperti apakah imunoterapi tersebut? Selain itu, bagaimanakah pengaruhnya? Sahabat Sehat, berikut ini ulasannya.

Alergi Makanan
Alergi makanan sebagian besar dialami oleh anak-anak dan 2% diantaranya dialami orang dewasa. Kondisi penolakan pada makanan meliputi dua hal, yaitu intoleransi dan hipersensitivitas. Intoleransi disebabkan oleh adanya toksik, rekasi farmakologi, metabolik, dan non-imunologik. Sedangkan, hipersensitivitas atau alergi adalah reaksi imunologik, akibat terbentuknya IgE terhadap alergen seperti protein pada makanan atau bisa dikatakan karena adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh.
Imunoterapi dalam menangani alergi
Penelitian terkait peranan imunoterapi terhadap alergi makanan telah banyak digunakan. Penerapan imunoterapi merupakan upaya terapi terhadap alergi yang dilakukan dengan mengubah respons imun tubuh seseorang, misalnya dengan memaparkan alergen makanan pemicu alergi dalam dosis yang dinaikkan secara bertahap dengan tujuan mengurangi reaktivitas klinis pasien.
Terdapat dua istilah yang berkaitan dengan imunoterapi alergi makanan yaitu desensitisasi dan toleransi. Densitasi mengacu pada kemampuan meningkatkan dosis alergen pada pasien, sedangkan toleransi merupakan kemampuan pasien untuk mengkonsumsi sejumlah makanan alergen setelah program imunoteraapi.
Pendekatan Imunoterapi
Terdapat empat jenis pendekatan imunoterapi yang biasa dilakukan. Pertama, pendekatan imunoterapi subkutan (subcutaneous immunotherapy; SCIT) yaitu dengan cara menginjeksikan alergen pada subkutan, namun karena adanya efek samping berupa alergi sistemik yang membahayakan maka jenis imunoterapi ini sudah dihentikan.
Kedua, imunoterapi sublingual (sublingual immunotherapy, SLIT), yaitu dilakukan dengan cara meletakkan ekstrak alergen dengan dosis sangat kecil. Dimulai dari mikrogram dibawah lidah selama 2 menit dan setelahnya bisa ditelan atau diludahkan, dan kemudian dosisnya ditingkatkan secara bertahap.
Ketiga, imunoterapi oral (oral immunotherapy; OIT), yaitu terapi dengan cara mencampurkan sejumlah serbuk protein makanan dengan zat pembawa, misalnya berupa berupa saus buah apel. Besar dosis diberikan secara bertahap dari paling kecil mikrogram.
Keemapt, yaitu pendekatan imunoterapi epikutan (epicutaneous immunotherapy; EPIT). Terapi ini baru pertama kali dilakukan pada tahun 2010 dan ngga menggunakan jarum suntik atau memasukkan makanan alergen ke dalam tubuh. Caranya hanya dengan menempelkan serbuk alergen pada kulit yang intak dengan bantuan patch yang dikembangkan menjadi sistem penghantar alergen epikutan atau disebut epicutaneous delivery system (EDS).

Pengaruh imunoterapi
Beberapa penelitian dalam jurnal Penyakit Dalam Indonesia, menujukkan bahwa imunoterapi merupakan pendekatan terapi alergi makanan yang paling menjanjikan, terutama untuk alergi yang berkaitan dengan protein seperti telur ayam, susu dan kacang tanah.
Imunoterapi lebih dianggap efektif jika dibandingkan dengan diet eliminasi atau penghindaran alergen makanan. Bermacam-macam protokol pelaksanaan imunoterapi telah terbukti meningkatkan dosis ambang reaksi alergi terhadap respon imun yang mengarah pada toleransi.
Meskipun sangat menjajikan imunoterapi ngga bisa dilakukan dengan sembarangan dan perlu dilakukan secara rutin dalam praktek sehari-hari. Sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh dokter yang memang benar terlatih, disertai dengan fasilitas kesehatan yang mendukung. Semoga informasi ini bermanfaat, Sahabat Sehat!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP