Halo, Sahabat Sehat! Menu berbahan dasar ikan termasuk sangat diminati, bukan hanya karena rasanya yang lezat tetapi juga kandungan gizinya yang bermanfaat. Tapi, pernahkah terlintas dibenak kamu bahwa ikan juga bisa menyebabkan keracunan?
Pada bulan Januari tahun 2020, terjadi kasus keracunan histamin yang menimpa ratusan warga di Jember akibat mengonsumsi ikan tongkol. Sudahkah kamu mengenal histamin, racun (toksin) alami yang terbentuk karena penanganan ikan yang kurang tepat?
Apa itu keracunan histamin (Scrombotoxin)?
Scrombotoxin (keracunan histamin atau keracunan ikan skombride) diakibatkan oleh konsumsi ikan species tertentu yang memiliki konsentrasi histamin tinggi akibat pengubahan histidin menjadi histamin oleh bakteri. Scrombotoxin menjadi salah satu jenis keracunan yang hingga kini paling banyak terjadi di seluruh dunia.
Ikan skombride seperti ikan mahi-mahi, tuna, makarel, sarden, tongkol dan marlin, memiliki kandungan histidin yang tinggi. Histidin merupakan asam amino semi esensial penting guna menjaga selubung myelin yang melindungi sel saraf. Tapi, jika disimpan pada suhu yang ngga sesuai, bakteri bisa mendegradasi histidin menjadi histamin.
Gejala keracunan histamin dan penanganannya
Efek dari keracunan akan mulai terlihat beberapa menit hingga 1 jam setelah mengonsumsi ikan yang terkontaminasi dan biasanya bisa bertahan selama 3 jam bahkan beberapa hari.
Beberapa tanda keracunan histamin diantaranya, yaitu sensasi terbakar pada mulut, warna kemerahan pada wajah dan tubuh bagian atas, sesak nafas, sakit kepala, gatal-gatal, mual, serta muntah dan diare. Penanganan intensif bila terjadi keracunan biasanya ngga diperlukan, karena gejala akan berangsur membaik dalam kurun 12 jam dan sangat jarang menimbulkan gejala berat. Penanganannya bisa berupa pemberian antihistamin seperti dipenhidramin dan simetidin.
Apa yang perlu dilakukan untuk mencegahnya?
Potensi degradasi histamin menjadi histidin disebabkan oleh penanganan yang ngga tepat. Ikan skombride harus mendapat penanganan seperti pencucian, pendinginan, refrigerasi atau pembekuan cepat guna menghindari pertumbuhan bakteri. Level histamin yang bersifat toksik bisa tercapai kurang dari 6 hingga 12 jam bila ikan ngga disimpan pada suhu dingin.
Meskipun sudah dimasak atau diolah, histamin ngaa bisa dihilangkan. Jadi jalan utama untuk mengurangi risiko keracunan ini, yaitu dengan melakukan tindak pencegahan melalui penanganan yang tepat.
Nah, informasi di atas bukan untuk menakut-nakuti untuk makan ikan ya, tetapi sebagai informasi untuk lebih waspada dalam mengonsumsi ikan. Asal ditanganni dengan benar Sahabat Sehat tak perlu ragu untuk mengonsumsi ikan.
Sebab, ikan kaya akan protein yang baik untuk perkembangan otot serta rendah kolesterol dan lemak jenuh, juga kaya akan omega-3 yang mendukung pertumbuhan, penglihatan, perkembangan sel otak janin dalam kandungan dan masa kanak-kanak, mengurangi risiko penyakit jantung dan meningkatkan kesehatan jantung. Jadi, ngga salah menjadikan ikan sebagai lauk dan menu pilihan sehat.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP
Wah informasi baru nih, terima kasih
Perlu lebih hati-hati nih pas mengolah ikan
Aq suka lo makan ikan, tq ya
Makasih banyak yah
terimakasih artikel yg sangat bermanfaat
Semoga bermanfaat tq