Perilaku Menyakiti Diri Sendiri, Bukan Hal Sepele!

Hai Sahabat Sehat! Kesehatan mental menjadi salah satu hal yang ngga bisa disepelekan. Kondisi kesehatan mental yang terganggu mampu memberikan dampak luar biasa bagi penderitanya. Bahkan ada yang sampai menyakiti dirinya sendiri, kondisi ini biasanya dikenal sebagai non-suicidal self-injury. Yuk, simak penjelasan mengenai kondisi ini dan bagaimana cara menyikapinya.

mengenal menyakiti diri sendiri non-suicidal self-injury
Foto: Pexesl.com

Fenomena Non-Suicidal Self-Injury

Mungkin Sahabat Sehat pernah mengetahui seseorang yang menyakiti dirinya sendiri. Non-suicidal self-injury atau yang disingkat NSSI adalah perilaku menyakiti diri sendiri tanpa keinginan untuk bunuh diri. Motifnya terkadang didasari sebagai pengalihan dari perasaan stress atau depresi.

Survei Yougov telah menemukan bahwa lebih dari sepertiga orang Indonesia pernah melakukan perilaku menyakiti diri sendiri. Adapun di kalangan anak muda, sebanyak 45% pernah terlibat perilaku melukai diri sendiri. Tingginya angka ini disebabkan adanya peningkatan tekanan emosional selama masa tumbuh kembangnya. Belum lagi kondisi perkembangan otak yang belum matang pada usia tersebut, sehingga berpotensi mengalami bersifat impulsif. Dampaknya perilaku non-suicidal self-injury seringkali dilakukan sebagai pelepas emosi.

mengatasi fenomena non-suicidal self-injury dengan dukungan sosial
Foto: Pexels.com

Pentingnya Dukungan Sosial

Terlepas dari apapun alasannya. Seseorang yang melakukan NSSI, pada dasarnya sedang dalam kondisi ngga baik-baik saja. Jika melihat fenomena tersebut, cobalah untuk pahami posisinya, buatlah ia merasa tenang, dan dengarkan apa yang menjadi keluh kesahnya. Hal kecil seperti ini mampu menjadi faktor protektif bagi individu dengan NSSI.

Sejalan dengan peran penting teman sebaya bagi remaja, adanya dukungan sosial bisa menjadi faktor protektif bagi individu dengan NSSI. Sebaliknya, kurangnya dukungan sosial akan menjadi prediktor signifikan dalam timbulnya perilaku NSSI, serta terlibat dalam penanganan dan keparahan NSSI itu sendiri.

Sahabat Sehat sudah saatnya untuk lebih peka terhadap kesehatan mental sebelum terjadi hal yang ngga diinginkan. Jika keinginan untuk menyakiti diri sendiri pernah terbesit dipikiran, segeralah meminta dukungan dari orang yang istimewa atau dipercaya. Bila hal tersebut masih belum menyelesaikan masalah, bisa mengonsultasikan dengan ahlinya. Ngga perlu takut dan malu dengan tanggapan orang lain yang negatif, kesehatan mental kamu adalah yang utama.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Referensi

Baetens, I., Claes, L., Onghena, P., Grietens, H., Van Leeuwen, K., Pieters, C., Wiersema, J. R., Griffith, J. W., & Leuven, K. (2014). Non-suicidal self-injury in adolescence: A longitudinal study of the relationship between NSSI, psychological distress and perceived parenting. https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2014.05.010

Ho, K. (2019, Juni 26). Seperempat orang Indonesia pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri. https://id.yougov.com/id/news/2019/06/26/seperempat-orang indonesiapernahmemiliki-pikiran/

Martin, J., Bureau, J.-F., Yurkowski, K., Fournier, T. R., Lafontaine, M.-F., & Cloutier, P. (2016). Family-based risk factors for non-suicidal self-injury: Considering influences of maltreatment, adverse family-life experiences, and parentechild relational risk. Journal of Adolescence, 49, 170–180https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.03.015

Muehlenkamp, J. J., Claes, L., Havertape, L., & Plener, P. L. (2012). International prevalence of adolescent non-suicidal self-injury and deliberate self-harm. In Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health (Vol. 6)

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.